|
Bang Iwan |
Untuk kawan-kawan Oi tercinta, ini adalah sebagian lirik lagu Iwan Fals yang tidak pernah dikomersilkan.
Salam Oi..
Nyanyian sopir - (iwan fals)
Suka duka manusia yang kerjanya sebagai sopir
Hari harinya dibelakang setir
Sopir pribadi, kantor atau angkutan umum
Minum bahan bakar, makannya onderdil
Mobil dicuci sambil nyanyi teganya nasib
Tunggu perintah orang yang punya hajat
Kalau nasib baik dapat Polisi yang baik
Kalau sedang sial ada saja yang nakal
Sopir-sopir nembak SIM antri di loket
Sopir-sopir paling jago menilai to**t
Sopir-sopir mati kutu dijalan yang macet
Sopir-sopir masuk tol dompetmu mejret
Hidup dijalan tergantung rem dan sempritan
Juga pom bensin, traffic light dan pedagang asongan
Sumpah serapah orang-orang yang nggak sabaran
Hiburan rutin bahan cerita pulang
Tanpa terasa rambut botak atau beruban
Waktu berjalan hidup tetap dijalan
Jalanan macet setel kaset-kaset yang meleyot
Jalanan lancar rejekinya meleyot
Sopir-sopir banyak yang punya ilmu pelet
Sopir-sopir mogok nyopir langsung di jepret
Sopir-sopir tahan banting tak tahan di gencet
Sopir-sopir rata rata bininye merentet
Sopir-sopir nembak SIM antri di loket
Sopir-sopir paling jago menilai copet
Sopir-sopir mati kutu dijalan yang macet
Sopir-sopir masuk tol dompetmu mejret
Sopir-sopir banyak yang punya ilmu pelet
Sopir-sopir mogok nyopir langsung di jepret
Sopir-sopir tahan banting tak tahan di gencet
Sopir-sopir rata rata bininye cerewet
Belatung - (Iwan Fals)
Belatung-belatung cepat datang cepat pergi
Pikiranku mengembara lagi
Disamping kolam ikan
Diatas lantai beton
Saat hujan rintik-rintik
Tetanggaku menjemur pakaian
Seekor kadal buntung mati
Mayatnya hijau kehitam-hitaman
Seekor lalat hijau kepalanya merah
Menjilat-jilat bangkainya
Seekor lalat hitam bersayap coklat
Kadang ikut menjilat-jilat juga
Seekor belatung ditinggal pergi
Teman-temannya pergi
Bau busuk menganggu hidupku
Suaranya lalat hijau yang lain terus berbunyi
Sebentar hinggap dibangkai
Sebentar hinggap ditelingaku
Suasana sepi membantu
Bau bangkai terbawa angin
Matahari bersinar terang
Hujan rintik-rintik membasahi bebatuan
Aku mulai menjauh …
Jambore Wisata - (Iwan Fals)
Kumpul kumpul disini nyanyikan lagu alam
Dipinggiran kali dekat muara samudera
Suara dari jalanan
Tak saling bicara itu biasa
Di jambore wisata seni budaya
Ada teater ada musik, seni rupa dan penyair
Jauh polusi banyak bercanda
Dipayungi semesta raya
Pikiran bagus, hati pun tulus
Tukar cerita, dimana saja
Impian nyata, nyatanya mimpi
Walaupun begitu, mari kumpul disini
Orang emosi sudah banyak
Ujung ujungnya perang lagi
Ada diantara orang banyak
Sumat sumut nyempal nyempil
Pemain dan penonton
Sama sama main, sama sama nonton
Semesta raya , Anak manusia
Diantara bahagia dan derita
Dilarang curiga
Penjara - (iwan fals)
Dunia diluar kotak luas sekali
Didalam ada dinding yang membatasi
Suka tak suka diluar luas sekali
Suka suka pergi kemana kita suka
Suka tak suka kotak adalah kotak
Ada dinding yang membatasi
Suka tak suka batas adalah batas
Jarak antara kau dan aku
Didepan atau dibelakang jeruji sama saja
Diatas atau dibawah tanah sama saja
Aku disana kamu disini apa bedanya
Penjara hanya nama
Diluar kotak luas sekali
Diluar luas sekali
Dunia dalam kotak luas sekali
Didalam luas sekali
Diluar ular melingkar – lingkar
Didalam kotak penuh tanya
Semua sama saja
Penjara pikir, penjara hati, penjara badan
Penjara hanya nama .. luas sekali .. luas sekali
Pukul dua malam - (iwan fals)
Pukul dua malam kehabisan rokok
Pergi kedapur minum segelas air
Perempuan besar tidur didepan TV
Perempuan kecil menginap di rumah paman
Lewat pintu depan membuka pintu gerbang
Sepuluh langkah gerimis datang
Kembali ke rumah mengambil payung
Warnanya merah dan kuning dengan merk Golden Truly Departemen Store
Jalanan sepi rumah-rumah sepi mobil-mobil sepi
Anjing herder tua mengigil kedinginan
Melihat curiga padaku namun tidak menggonggong
Hansip atau Satpam menyapa sambil main catur
Pukul dua malam kehabisan rokok
Separuh kakiku basah karena hujan
Tukang rokok kelas memakai nadas
Tidur diluar diselimuti karung beratap plastik
Istrinya begadang menunggui suaminya
Sepuluh ribuan keluar dari kantong
Sebungkus rokok buatan luar negeri ganti ke kantong
Aku pulang kembali menyapa yang ronda dan anjing herder tua
Pintu gerbang, dapur dan perempuan besar sudah masuk ke dalam kamar
Payung merah putih membuatku basah
Aku lempar begitu saja ketempat yang kering
Kupergi ke kamar mandi tuk bersihkan diri
Kuhisap sebatang rokok luar negeri yang baru ku beli
Luka Iwan Fals - (1984)
Luka lama kambuh kembali
Semakin jelas semakin parah
Menjalar di setiap hari.
Janji janji hilangkah kini
Hanya usap hanya sentuh telinga
Lalu pergi
Bahkan malam yang biasa singgah
Enggan menyapa pada sang bulan
Mimpi mimpi tak cantik lagi
Sejengkal melangkah bertambah nyeri
Luka
Kau paksa kami untuk menahan luka ini
Sedangkan kau sendiri telah lupa
Akan gaduhnya jerit
Akan busuknya derita
Akan hitamnya tangis
Akan kentalnya nanah
Dikaki kami yang labil melangkah
15 Juta - ( Iwan Fals )
15 juta orang menganggur
Puluhan juta lagi terancam kelaparan
Hutang menumpuk belum bisa dibayar
Orang sudah memakan makanan binatang
Kelakuan orang sudah mirip binatang
Tak ada lagi jaminan keamanan
Copet berkeliaran di gedung pengadilan
Di jalan terjadi kekacauan
Di rumah-rumah orang ketakutan
Sikat lawan, sikat kawan urusan belakangan di belantar
Seniman, wartawan dan dermawan
Suka tak suka menjadi orang tahanan
Terpenjara oleh kenyataan....
Tak ada lagi jaminan keamanan
Copet berkeliaran di gedung pengadilan
Di jalanan terjadi kekacauan
Urusan belakang.....
Pemandangan - (iwan fals)
Melihat ke depan melihat ke belakang
Melihat ke kiri melihat ke kanan
Melihat ke atas melihat ke bawah
Kapan aku melihat diriku ?
Didepan harapan dibelakang masa lalu
Di kiri jurang di kanan pun jurang
Di atas langit di bawah tanah
Kapan aku melihat diriku ?
Pemandangan membuat aku cemburu
Pemandangan membuat aku terharu
Pemandangan membuat aku malu
Pemandangan membuat aku semakin tak tahu
Tak melihat aku buta
Tak melihat aku tak mau
Aku ingin melihat yang tak terlihat
Ach … Sok Tahu !!!
Serdadu dan kutil - (iwan fals)
Sibuk bikin kabinet
Rakyat lagi kegencet
Ekonomi kepepet
Terpaksa jadi jambret
Maklum susah, Bung !
Daripada ngelamun
Maklum pusing, Bung !
Sidang di dapur umum
Wakil rakyat bahenol
Perutnya ngejendol
Pintar-pintar bikin dogol
Lagi hobi ngebanyol
Si bos Marsinem
Ngentitnya pilih kasih
Ngerokok dulu ah
Baru ngebanyol lagi
Bikin feeling kabinet
Komisi jangan ngaret
Isinya kecil-kecil
Hampir sebesar kutil
Kutil, kutil, kutil
Hidup kutil !
Kata Kata - (Iwan Fals)
Kata-kata indah banyak bertebaran
Hampir setiap hari kita baca dalam koran
Hanya kata-kata bukan kenyataan
Tinggal kata kita memaki persetan !
Perlahan namun pasti tak peduli lagi
Menguak menghilang rasa hormat pada kata-kata
Apakah ini pertanda bencana ?
Kata indah berbisa berbusa-busa
Aku hanya diam tak bisa bicara
Aku hanya diam menyaksikan kejadian yang tak masuk di akal
Lalu mencoba berkaca
Pada kata kusandarkan kata-kata
Karena kita memang tak mungkin tak berkata-kata
Semut api dan cacing kecil - (iwan fals)
Diantara rerumputan dan bebatuan
Setelah pagi menjelang siang
Balada semut api dan cacing kecil
Berguling seperti seperti hati dan pikiranku
Saling menerkam saling berusaha untuk berarti
Semut api dan cacing kecil
Yang satu bergerombol yang satu sendiri
Semut api itu terus mengigiti cacing kecil menggelepar – gelepar
Pergulatan hidup di badan rumput dan batu
Kehidupan diatasnya berjalan biasa saja
Orang – orang terus bekerja aku merangkai lagu
Matahari membakar kulitku
Angin dingin membelai - belai
Semut api dan cacing kecil
Ada di hati dan pikiranku
Kursi panjang , teko dan gelas berisi teh pahit
Temani para buruh bekerja
Seekor kadal melintas
Sekejap berhenti melihat ke arahku
Apa yang ingin disampaikan
Apa yang ingin dikabarkan
Aku menunggu, aku menunggu bisu
Menunggui bisu .. bisu ..
Demokrasi Otoriter Iwan Fals - (1996)
Orang-orang kecil kok malah peduli
Merogoh kantong untuk harapan kosong
Otak demokrasi memberikan janji
Berdiri sedih berdarah perih
Orang-orang besar kok malah bertengkar
Melongok hati untuk bersembunyi
Otak otoriter sudah mulai teler
Jangan ragu-ragu walau kita malayu
Demokrasi otoriter
Mari sini jangan ngeper
Demokrasi dan militer
Lihatlah masih banyak yang keleler
Demokrasi otoriter
Mari sini jangan jiper
Demokrasi dan militer
Lihatlah masih banyak yang keteter
Orang-orang dogol kok masih bercokol
Ongkang-ongkang kaki di televisi
Otak foya-foya ngomong Pancasila
Melintas bebas sehabis melibas
Demokrasi Pancasila
Bebas tapi tidak bebas
Demokrasi dan tentara
Yang mendengar jadi ingin tertawa
Demokrasi Pancasila
Bukan milik kaum jelata
Demokrasi dan para badut
Yang mendengar jadi ingin KENTUT
Lagu Pegangan - (Iwan Fals)
Kita masih dilanda krisis
Bahkan lebih dari krisis
Krisis yang menjdai kritis
Kritis yang melahirkan orang bengis, oh....oh
Memang sulit dari situasi ini
Tapi bukan berarti tak ada jalan
Jalan keluar pasti ada
Itu sebabnya aku nyanyikan lagu ini, oh....oh... ach..ach
Dengarlah kawan kalau kau mau sampai tujuan
Potong saja tangan para koruptor
Hukum mati para pembunuh
Jangan beri hati para pemerkosa
Rajam saja di tengah kota
Politisi harus berani miskin
Yang kaya biarlah rakyat biasa
Agar kemakmuran menjadi nyata
Penguasa jangan jadi pengusaha
Pencuri, pemabuk dan pelacur itu warisan leluhur
Tak kan membuat bangsa jadi hancur
Kalau lagu ini jadi pegangan
Katakan sampai tujuan
Tak usah kau bimbang
Bernyanyi saja dengan lantang
Lagu ini lagu pegangan
Ciptaan bangsa yang sedang guncang
Hukum haruslah di tegakkan
Peduli setan atau jin yang mengahadang
Air dan Batu - (Iwan Fals)
Orang - orang mulai sadar diri
Terbangun dari tidur yang panjang
Hari terbuang tidak berarti
Hanya untuk membelai bayangannya sendiri
Orang - orang mulai sadar diri
Bergegas meninggalkan ranjang
Entah pergi kemana
Suaranya bergemuruh seperti longsor
Doa – doa berhamburan
Nyanyi – nyanyi berterbangan
Jati diri dicari – cari
Untuk ada dan termakna
Air dan batu tidak sama
Air dan batu bisa bersama
Air punya mata, batu punya kepalan
Semuanya menyebar sendirian
Orang – orang harus sadar diri
Kalau bukan sekarang kapan lagi
Cerita Lama Tiananmen - (Iwan Fals)
Keganasan kekuasaan tentara Cina
Telah menjadi sejarah yang tak mungkin terlupa
Mahasiswa dan rakyat damainya menghadang tank
Menjadi tumbal kesombongan
Para jenderal di panggung nada
Lidahnya api menyambar
Membakar yang punya hati
Rakyat sendiri dihancurkan
Demi gengsi ideologi
Pembantaian di Tiananmen adalah sebuah bukti
Dari sekian banyak kekerasan
Yang terjadi di muka bumi ini
Sampai kapan, sampai kapan ?
Moncong senjata mengancam dari segala arah
Gaung demokrasi tetap tabah bernyanyi
Suaranya getarkan hati nyanyian manusia
Yang dengar ikut bernyanyi
Walau diancam senjata
Aku tak punya apa-apa - (iwan fals)
Setelah sekian lama menunggu
Akhirnya datang juga giliranku
Setelah semuanya habis terkuras
Setelah tak ada lagi harapan
Pada saat semangatku bergolak
Pada saat nafsuku mendidih
Aku jatuh impianku hancur berkeping – keping
Sampai aku tak berani lagi berharap
Aku jalani saja hidup ini tanpa suka tanpa duka
Dari waktu dari waktu aku tak mau tahu
Kini kau datang menggodaku untuk bercerita
Lalu kuceritakan saja semua yang kutahu
Aku tak punya apa – apa
Bukan aku mengeluh apalagi mengiba
Memang aku punya apa – apa
Kuceritakan itupun karena kau minta
Kadang aku merasa masihkah aku menjadi manusia
Kadang aku berpikir benarkah aku tersingkir
Sedangkan pintu – pintu sudah terbuka
Cerita pun belum berakhir
Aku tak ingin apa – apa
Bukan aku berontak apalagi menghina
Memang aku tak ingin apa – apa
Kuceritakan itu pun karena kau minta
Aku tak bisa apa – apa
Bukan aku merendah apalagi jumawa
Memang aku tak bisa apa – apa
Kuceritakan itu pun karena kau minta
Suara Dari Jalanan - (Iwan Fals 1996)
Jangan pernah kau berpikir yang bukan-bukan
Apalagi menuduhku sampah jalanan
Memang benar yang kupakai dekil dan kumal
Bukan berarti aku seorang kriminal
Oh malangnya kamu
Yang menilaiku seperti itu
Oh sok taunya kamu
Pergi saja sana ke ahli jiwa
Matamu sinis memandang sepatu bututku
Bibir mencibir nyindir sambil menghindar
Jangan kau sangka hatiku akan terluka
Hinaanmu membuatku semakin kasihan
Oh usilnya kamu
Yang memandangku seperti itu
Oh kemarilah kamu
Kan kukatakan aku cinta padamu
Duduk yang manis dengarkanlah laguku
Atau ikut menyanyi ikut menyanyi sambil menari
Daripada kau menangis karena frustasi
Lebih baik kau terima niat baikku
Oh suara jalanan meruntuhkan tembok feodal
Oh suara jalanan hanya mengabdi pada hati dan Tuhan
Desir angin dan deru ombak di lautan
Seperti itulah kakiku melangkah
Kisah nelayan dan batu batu karang
Sabar dan setianya jadi pedoman
Oh jangan kata hinaan
Siksa badan Insya Allah tahan
Oh suara dari jalanan
Suara murni untukmu kawan
Biarkan Indonesia Tanpa Koran - (Iwan Fals)
Penguasa sekarang mudah marah
Berkata selaksa manusia yang resah
Kedengar dari balik rumpun bambu
Sedikitpun mereka tak mau diganggu
Pada malam September delapan enam
Berita Radius Prawiro bikin geram
Empat puluh lima persen yang hilang
Rupiah yang kita cinta berjalan pincang
Oh .. oh..
Pernah kau berjanji bak seorang nabi
Bahwa devaluasi tak mungkin terjadi
Bersuara emas kau di mimbar akbar
Tapi ternyata kau seorang pembohong besar
Oh .. oh ..
Ya … Kalo gaji kita berjuta sebulan tak jadi soal
Apalagi yang milyar banyaknya, rupiah ditukar dollar
Ya iya … Kita kaum jelata, buruh tani, guru dan kuli
Padamu untuk yang kali ini, lukai nurani kami
Tinta merah bekas seorang menteri
Beri gelar penguasa sewenang – wenang
Aku baca dari sebuah koran sore
Yang kini sudah tak boleh lagi beredar
Oh .. oh ..
Duka cita untukmu sahabat
Dari kami disini
Yakinlah engkau tak sendiri
Masih ada kami yang bernyanyi
Sayangnya kami masih sekolah
Baru bisa gelisah
Tentu kalo sudah selesai
Pasti lebih lantang suara ini
44 SK akan dicabut
Hal itu akan kau beberkan kami setuju
Sebagai wartawan kau sudah benar
Sebagai penguasa mungkin juga benar
Tajam pena katanya bikin resah
Soal itu masyarakat biasa saja
Koran sore dihantam pemerintah
Justru itu hal yang membuat kami resah
Oh .. oh..
Senada rasa setia kawan dari teman seprofesi
Mari kita mogok menulis “BIARKAN INDONESIA TANPA KORAN
Bunga kayu di beranda - (iwan fals)
Ada malam tak berbintang
Ada siang yang dingin
Kenapa kau mesti bimbang?
Karena soal kemarin
Bunga kayu di beranda
Warnanya merah dan putih
Kursi kosong yang menunggu
Siapa yang duduk disitu?
Malam yang tak berbintang pasti tak kekal
Siang hari yang dingin juga tak kekal
Kamu yang sedang bimbang duduklah disitu
Tinggalkan yang kemarin jangan disimpan
Bunga kayu di beranda
Warnanya mulai memudar
Hmmmm… mmmmm…
Malam yang tak berbintang pasti tak kekal
Siang hari yang dingin juga tak kekal
Kamu yang sedang bimbang duduklah disitu
Tinggalkan yang kemarin jangan disimpan (2x)
Ada malam tak berbintang
Ada siang yang dingin
Kenapa kau mesti bimbang?
Karena soal kemarin
Sumber : http://bpkoi-bitung.blogspot.com